Berwirausaha Pasca PHK
Oleh: Dedi Purwana
Optimisme pemerintah terhadap membaiknya situasi ekonomi di tahun monyet api ini mulai terusik. Bagaimana tidak terusik, baru memasuki bulan februari saja kita dikejutkan dengan pengumuman gelombang PHK dari perusahaan multi nasional sekelas Ford, Toshiba, Panasonic. Bak virus, kebijakan tak sedap ini ditengarai akan menular ke sektor lain seperti migas dan keuangan. Akibatnya, daya beli masyarakat akan menurun dan tentu angka kemiskinan meningkat. Belum lagi munculnya berbagai permasalahan sosial lain dampak dari PHK tersebut.
Foto oleh Anna Shvets dari Pexels
|
Beragam alasan
mengemuka dibalik penyebab keputusan pahit tersebut. Entah karena kondisi
ekonomi dunia yang melambat, upah buruh meningkat hingga ketidakberhasilan
menekan efisiensi. Bahkan ada yang menilai ini adalah perang dagang antara negeri
paman sam, samurai, shaolin dan negeri ginseng tentunya. Mereka saling tikam
untuk memperebutkan pasar di negara ini yang tergolong seksi.
PHK
sejatinya momok menakutkan entah bagi pengusaha apalagi pekerja. Dalam situasi
sulit yang dihadapi perusahaan, PHK sebuah keniscayaan. Pekerja merupakan
korban utama manakala kebangkrutan tak terhindarkan. Demo menolak PHK pun tidak
ada artinya lagi. Inilah resiko yang harus diterima ketika status kita bekerja
pada orang lain. Resiko ini semakin luas dan berekses pada keharmonisan rumah
tangga bahkan tindakan kriminal. Lain halnya dengan wirausaha. Mereka bekerja untuk
dirinya sendiri. Tidak ada istilah PHK dalam kamus hidup seorang wirausaha.
Bakat atau Terpaksa?
Putuskan
Segera
Saatnya bagi
korban PHK untuk “move on” dan berani memulai berwirausaha. Tidak ada kata
telat dalam berwirausaha. Daripada terpaku merenungi nasib atau habiskan waktu
ikut aksi demo, segera ambil keputusan. Pertimbangkan langkah-langkah berikut.
Pertama,
diskusikan dengan anggota keluarga tentang keputusan berwirausaha. Dukungan mereka
sangat penting. Pada tahap awal usaha tentu akan mengubah pola konsumsi
keluarga dan mereka harus siap. Ketika anda sebagai karyawan, penghasilan akan
diterima rutin. Sebaliknya manakala mulai merintis usaha, pola penghasilan
berubah total. Dalam periode 3-6 bulan pertama, usaha anda belum mampu menutupi
biaya operasional perusahaan. Oleh karenanya, pada masa kritis tersebut pola
pengeluaran keluarga harus dikurangi seminimal mungkin.
Kedua, lakukan
riset sederhana tentang jenis usaha yang akan dirintis. Upayakan selain
mencermati beragam usaha yang ada di sekitar lingkungan, lakukan evaluasi diri
tentang kompetensi, pengalaman kerja bahkan hobi. Jangan terjebak melihat
keberhasilan usaha orang lain lalu anda berpikir mampu untuk melakukannya. “Me
too” strategi seringkali membuat sebuah usaha rintisan cepat ambruk. Pilihan
jenis usaha sebaiknya disesuaikan dengan karakter anda. Ingat kecintaan yang
tinggi terhadap bisnis, salah satu kunci keberhasilan.
Ketiga, ubah
mindset dan mental. Korban PHK sebaiknya merevolusi mental dari pencari kerja
menjadi pemberi kerja. Pekerja lebih senang dengan kondisi “status quo” dan
cenderung hindari masalah, sementara wirausaha memandang perubahan dan masalah
sebagai tantangan. Perlu diingat bahwa sebagai karyawan nasib anda ditentukan
oleh atasan. Sebaliknya wirausaha menentukan nasibnya sendiri. Meminjam kosa
kata dalam kewirausahaan, karyawan adalah komunitas tangan di bawah (selalu
meminta), sedangkan wirausaha merupakan komunitas tangan di atas (selalu
memberi).
Keempat,
hilangkan rasa malu. Penyakit ini yang seringkali diidap oleh orang yang enggan
terjun berwirausaha. Padahal siapa yang lebih menyedihkan dan memalukan ketika
sebagai karyawan penghasilan anda pas-pasan sementara hutang menumpuk di bank.
Aktivitas keuangan anda layaknya gali lubang tutup lubang. Wirausaha meski
tidak terhindar dari hutang, namun hutang mereka produktif. Mereka manfaatkan
hutang sebagai pengungkit penghasilan.
Kelima, susun
rencana bisnis. Rencana bisnis merupakan panduan langkah per langkah dalam
merintis usaha. Setidaknya empat aspek harus tertuang dalam analisi rencana tersebut.
Aspek teknis produk, manajemen, keuangan dan pemasaran. Ke-4 aspek tersebut
berasal dari hasil penelitian sederhana yang telah anda lakukan. Rencana bisnis
yang baik dapat dijadikan usulan untuk mengajukan kredit usaha atau mengajak
investor bermitra.
Keenam, bangun
jejaring kemitraan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa kelemahan bisnis yang
baru dirintis, selain manajemen keuangan juga pemasaran produk. Kemampuan
memperluas jejaring menjadi kata kunci. Manfaatkan kembali relasi dengan
konsumen saat bekerja di perusahaan. Bina hubungan baik dengan mereka meski
produk yang anda tawarkan berbeda dengan produk perusahaan tempat anda dulu
bekerja. Gunakan jejaring media sosial semisal facebook, instagram, path untuk
mempromosikan produk usaha.
Posting Komentar untuk "Berwirausaha Pasca PHK"