Kemiskinan Di Lumbung Migas
Oleh: Dedi Purwana
Persoalan besar bangsa ini adalah kemiskinan. Ditengah upaya menurunkan angka kemiskinan, pemerintah dihadapkan ulah para mafia bisnis. Mimpi negara ini berdaulat pangan, maritim dan energi pupus sudah. Para mafia bisnis yang identik dengan drakula ekonomi mampu mengobrak-abrik mimpi tersebut. Mereka dengan invisible hand nya, mampu mengatur tata niaga berbagai komoditas, termasuk migas. Harga ditentukan oleh kartel yang mereka bentuk. Akibatnya, negara dan rakyat jelata menjadi korban.
Foto oleh Chris John dari Pexels
|
Jumlah kerugian negara yang fantatis tersebut bila digunakan untuk membangun ruang kelas di sekolah, jutaan ruang kelas baru akan terbangun. Angka
putus sekolah tentu akan berkurang, bila dana tersebut dialokasikan untuk beasiswa pendidikan. Uang tersebut
dapat digunakan untuk membangun rumah sakit, puluhan ribu puskesmas dan posyandu. Bila uang tersebut digunakan
untuk membangun infrastruktur desa, maka puluhan ribu
desa menikmatinya. Setiap desa mendapatkan dana lebih besar dari dana
desa yang dialokasi pemerintah tahun ini. Sebagai dampaknya, kantong-kantong kemiskinan di desa akan berkurang drastis.
Aksi
Perangi Mafia
Mafia dalam bentuk apapun akan menimbulkan distorsi ekonomi,
karena harga komoditas dipermainkan. Ini
adalah wujud kejahatan ekonomi. Sudah saatnya kita menyatakan perang terhadap
mereka. Sejatinya pemerintah dan masyarakat bahu membahu memerangi akitifitas
bisnis kelompok ini dengan aksi nyata berikut:
Pertama, para penegak hukum harus mampu mendeteksi secara dini ulah para mafia migas. Taring dan nyali mereka harus kuat. Para mafia jeli memanfaatkan
kelemahan berbagai produk hukum yang ada. Selain itu,
kedekatan mereka dengan oknum pejabat pemerintah dimanfaatkan sebagai tameng
untuk melanggar aturan. Sanksi hukuman seberat-beratnya pantas ditimpakan kepada mereka agar timbul efek jera. Pada saat yang
sama, pembentukan satgas khusus anti mafia bersifat permanen harus segera diwujudkan.
Satgas ini dari sisi kewenangan harus setara dengan lembaga seperti KPK, BNN,
dan BNPT.
Kedua, BUMN migas harus mampu
menjaga kesehatan organisasinya. Kita akan bangga bila
seluruh BUMN mengantongi predikat triple A, apalagi bisa
masuk ke jajaran perusahaan Fortune 500. Penerapan Good Corporate Governance (CGC) menjadi kata
kunci. Komisaris
dan Direksi BUMN migas harus sadar bahwa modal dan aset perusahaan berasal dari uang rakyat. Tata kelola harus dilaksanakan secara profesional agar perusahaan
efisien sekaligus meberikan manfaat lebih bagi rakyat.
Ketiga, hentikan intervensi partai politik. BUMN migas harus bersih dari kepentingan partai politik. Mereka bukan sapi perah partai politik ataupun pejabat.
Siapapun partai politik yang berkuasa saat ini, harus memiliki kesadaran bahwa
BUMN
ini milik rakyat. Sudah saatnya partai politik tidak
menempatkan orang-orangnya di jajaran komisaris dan direksi perusahaan plat
merah tersebut.
Keempat, KPPU lebih pro aktif mengawasi persaingan usaha yang tidak sehat di
seluruh industri, khusus sektor migas. KPPU seyogianya proaktif sejak
dini mencegah terjadinya kartel industri, tanpa menunggu laporan masyarakat.
Komisi ini sudah seharusnya menciptakan early
warning systems sebagai tindakan preventif terhadap maraknya aksi kejahatan
ekonomi.
Kelima, pendidikan etika
bisnis perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini hingga perguruan tinggi.
Bekali anak didik kita dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan beretika dalam
menjalankan bisnis. Tanamkan kesadaran pada mereka tentang bagaimana menjadi
konsumen, produsen, penabung dan investor yang bertanggungjawab.
Pada akhirnya, kemandirian energi dapat
dicapai bila mafia migas lenyap dari bumi pertiwi. Indonesia hebat adalah negara
yang berdaulat pangan, maritim dan energi. Kedaulatan yang diperuntukkan bagi kemakmuran
rakyat. Semoga terwujud.
Semoga pemerintah bisa mengatasi mafia yg menimbulkan distorsi ekonomi diIndonesia... Sangat menarik terimakasih prof...
BalasHapusSangat menarik untuk dibahas.. semoga pemerintah mampu menyeimbangkan kembali ketimpangan² sosial di Indonesia
BalasHapussangat menarik dan bermanfaat serta mengedukasi pak
BalasHapus