Menulis artikel OPINI itu mudah?
Oleh
: Dedi Purwana & Agus Wibowo
Menjawab judul di atas, tidak mudah juga. Bagi mereka yang entah karena hobi atau pekerjaan menulis sebagai sebuah profesi, jawabannya mudah. Tapi tentu tidak mudah bagi mereka yang menulis karena terpaksa. Terpaksa karena harus menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah, atau karena kewajiban harus menyelaikan tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi bahkan laporan penelitian. Saat kondisi terpaksa, tentu menulis merupakan beban berat. Apalagi diwajibkan menulis artikel ilmiah untuk publikasi di jurnal bereputasi.
Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
|
Kali ini kita tinggalkan sejenak keruwetan menulis artikel ilmiah dan beralih ke ragam tulisan lain yaitu artikel kolom opini. Opini merupakan tulisan dalam media massa cetak atau online yang memasukkan pendapat penulis di dalamnya. Pendapat pribadi penulis—bukan analisis—lebih diutamakan dalam tulisan opini. Oleh karenanya, paparan dalam opini lebih bersifat subjektif. Sementara dalam artikel jenis lain, pendapat pribadi si penulis biasanya dikemukakan dalam bentuk data dan fakta tandingan yang berbeda dengan data dan fakta yang menjadi bahan tulisan.
(Baca juga Membuat Judul “Menggelitik” Artikel Opini & Menulis Paragraf Artikel OPINI)
Tulisan opini di media masa memiliki karakteristik tersendiri. Opini ditulis oleh penulis lepas, bukan wartawan. Artinya, siapapun selain wartwan memiliki kesempatan menjadi penulis kolom opini. Tulisan hanya menyangkut satu pokok permasalahan, dan dengan sudut pandang dari satu disiplin ilmu saja. Tulisan cenderung mengangkat isu-isu terhangat yang menjadi pembicaraan di republic ini. Teknik tulisan yang digunakan umumnya deduktif – induktif atau sebaliknya. Bisa juga menggunakan metode tesis-antitesis, maupun metode 5W+1H sebagaimana membuat berita pada umumnya. Artikel opini yang dimuat di surat kabar biasanya panjang tulisannya berkisar antara 2 –3 halaman A4 spasi ganda (minimal jumlah huruf dan atau kata berbeda antara satu media masa dengan lainnya).
Karena kekhasan artikel opini yang ditulis dengan bahasa ilmiah populer dan berisi hal-hal aktual, maka penulis opini harus jeli memandang aktualitas persoalan yang hendak ditulisnya. Dua hal terkait dengan aktualisasi artikel opini. Pertama, aktual karena berkaitan dengan kejadian yang ada di masyarakat, seperti OTT KPK, kenaikan BBM, pilkada, kenaikan sembako, kisruh di DPR dan sebagainya. Kedua, aktual karena adanya hari-hari besar nasional (Hari Pendidikan Nasional, Hari Pers), hari besar agama (Idul Fitri, Natal, Waisak), hari internasional (Hari Perempuan lntemasional, Hari Kesehatan), obituan (in memoriam), dan sebagainya.
Lalu bagaimana tips dan trik yang dapat dijadikan pedoman dalam menulis opini? Berikut langkah-langkah yang dapat dijadikan panduan bagi penulis pemula;
Pertama, menggali ide bahan tulisan. Menggali ide merupakan kegiatan sebelum menulis. Ide, bagi penulis pemula dan yang sudah senior, lebih sering menjadi momok. Kesulitan mendapatkan atau menggali ide, menjadi penghambat penulis pemula untuk menulis artikel. Sebenarnya ada beberapa strategi efektif untuk menggali ide, yang kadang dianggap sepele dan luput dari perhatian penulis pemula. Berikut ini beberapa strategi efektif menggali ide; 1) lakukan wawancara terhadap tokoh atau ahli yang menguasai isu atau topik opini, 2) memancing ide melalui jejaring sosial (Facebook, Whatsapp, twitter, dan instagram) dengan posting status-status yang sengaja dibuat “menyolok” agar dikomentari. Dari komentar-komentar tersebut, banyak terkumpul data yang dapat digunakan sebagai bahan tulisan, 3) Mengumpulkan data dari lapangan. Pengumpulan data dari lapangan salah satunya bisa dengan penelitian mini (mini research); tentu saja dengan metode penelitian yang simpel beserta instrumen-instrumen sederhana—tidak sesukar, serumit atau senjlimet metodologi dan instrumen penelitian skripsi, tesis bahkan disertasi., 3) Mengumpulkan sumber yang berasal dari perpustakaan. Misalnya berasal dari buku, referensi, kamus, novel, ensiklopedi, biografi tokoh, karya penelitian, jumal, koran, majalah, hingga ungkapan bijak seorang tokoh. Tulisan artikel opini yang disertai dengan kutipan sumber-sumber tersebut lebih banyak mendapat peluang di muat media massa, karena menunjukkan bahwa penulisnya sungguh-sungguh dalam meyajikan data beserta analisisnya secara ilmiah.
Kedua, buat situasi kondisi atau habitus yang kondusif dan mendukung kegiatan penulisan artikel opini, misalnya: (a) membuat komunitas penulis (ini hukumnya wajib); (b) rutin mengunjungi toko buku/kios koran; (c) membaca buku; (d) menjadi anggota perpustakaan umum/kampus; (e) aktif dalam seminar dan diskusi publik; (f) membaca koran dan majalah/jurnal; (g) Mengkliping koran atau majalah; (h) Membiasakan diri membaca data kuantitatif dan kualitatif; (i) banyak membaca artikel orang lain; (j) membaca karya sastra; (k) dokumentasi peristiwa yang penting; dan (l) berkorespondensi, dan jalan-jalan melihat realitas.
Ketiga, segera tulis apa yang anda pikirkan. Gunakan perangkat digital yang dimiliki (HP, Notebook, PC, Tablet) untuk segera menuangkan ide atau gagasan. Sangat mungkin ide dan gagasan yang ada dalam benak pikiran menguap begitu saja, bila tidak segera menuliskannya. Sebelum memulai menulis draft artikel opini, agar tulisan tersebut bisa memikat redaktur/penjaga rubrik/penjaga kolom media massa, maka perlu kita perhatikan hal-hal penting berikut: 1) meski semua hal bisa ditulis dalam artikel opini, namun kita mesti memilih topik yang berkaitan erat dengan masalah aktual. Aktualitas adalah kunci utama, 2) masalah yang ditulis, hendaknya tidak menghasut, mengadu domba, memfitnah, dan sejenisnya, dan 3) Isi tulisan, hendaknya berupa suatu solusi/jalan keluar atas persoalan yang ada.
Keempat, cek kembali draft tulisan yang sudah dibuat. Apakah draft sudah mengikuti sistematika penulisan artikel opini? Ingat, artikel opini sebaiknya dimulai dengan kalimat¬kalimat pembuka (lead). Isinya merupakan pengantar awal terhadap apa yang dibahas dan disajikan. Lantas dilanjutkan dengan uraian/ulasan yang berisi pemaparan data, pembahasan yang boleh jadi berupa pengungkapan teori, analisis, dan ditutup dengan bagian kesimpulan yang berisikan saran/masukan.
Kelima, periksa tata bahasa. Bahasa yang digunakan ialah bahasa jurnalistik, bersifat ilmiah-populer, yaitu pemakaian bahasa yang tetap menggunakan kaidah-kaidah bahasa baku, komunikatif, dan mudah dicerna oleh pembaca dari berbagai tingkatan. Tulisan artikel opini merupakan jenis tulisan yang memiliki peluang besar untuk dimuat di media cetak. Namun, kolom ini juga paling banyak saingannya. Oleh karena itu, hanya jenis-jenis tulisan yang paling aktual dan berkualitas saja yang dapat lolos dari tangan redaksi untuk dimuat. Hal itu penting, mengingat ada koran yang justru memiliki kelebihan dalam hal menyajikan opini yang cerdas dan bermutu.
Pada akhirnya, menulis opini sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan. Pada dasarnya, kemampuan seseorang dalam menulis opini dapat dilatih. Ini hanya persoalan kemauan dan kebiasaan. Inti kegiatan menulis adalah tuliskan apa yang Anda pikirkan dan setelah itu pikirkan apa yang Anda tulis. Semoga tips dan trik bagaimana menulis artikel opini di atas bermanfaat. Penasaran ingin menjadi penulis artikel opini, silakan baca buku Lincah Menulis Artikel Ilmiah Populer & Jurnal (Teori & Praktik). Jadi tunggu apa lagi, ayo menulis opini. []
Posting Komentar untuk "Menulis artikel OPINI itu mudah?"