Corona Mewabah, Bagaimana Kondisi Psikologis Kamu?
Foto oleh Brett Sayles dari Pexels
|
Oleh: Karienda Faisa Asri*
Seperti yang sobat dunia kampus ketahui, saat ini dunia sedang terkena wabah Corona Virus Disease 2019 atau bisa juga disebut Covid-19, virus yang menyerang sistem pernapasan ini pertama kali datang dari kota Wuhan, China. Virus ini tidak hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan seperti flu namun juga infeksi pernapasan berat bahkan kematian. Virus Covid-19 ini menyerang siapa saja tidak memandang usia, seperti bayi, anak – anak, orang dewasa, dan bahkan orang lanjut usia. Virus ini menyebar secara cepat hampir ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat, termasuk Indonesia. Pemerintah dari berbagai belahan bumi telah melakukan berbagai upaya seperti memberlakukan lockdown, social distancing, dan isolasi mandiri untuk mencegah penyebaran virus. Virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia saat awal Maret tepatnya tanggal 2 Maret 2020. Di tengah ketakutan serta kecemasan masyarakat, tak sedikit aktivitas manusia seakan mati karena mewabahnya virus ini, kegiatan manusia menjadi terbatas. Di Indonesia, pemerintah memberi kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan menganjurkan untuk melakukan physical distancing, yaitu memberi jarak dengan orang lain minimal satu meter guna untuk melindungi diri dari penyebaran Covid-19 yang ditularkan. Mewabahnya virus tersebut tidak hanya mengancam dan menyerang kesehatan fisik saja, namun juga kesehatan mental diserang.
Bagaimana sebuah virus dapat menyerang kesehatan mental? Tentu saja bukan virus itu sendiri yang menyerang, namun ketakutan dan kecemasan yang meningkat karena berita yang terus menerus beredar di televisi maupun media sosial, merasa terasing selama karantina, kesepian karena jauh dari sanak saudara, serta ketakutan pada wabah yang menyebar dapat meningkatkan kecemasan yang mengganggu kesehatan mental. Saat pertama kali Covid-19 memasuki Indonesia, masyarakat cenderung dilanda kecemasan dan kepanikan yang menyebabkan mereka mengalami impulsive buying dan panic buying, masyarakat yang dilanda panik berlebihan membeli produk dalam jumlah yang besar untuk persiapan di masa depan agar tidak kekurangan, tidak sedikit rak – rak kosong di pasar swalayan dan antrian yang panjang padahal pemerintah sudah meyakinkan masyarakat jika persediaan produk akan cukup untuk semua masyarakat. Barang – barang yang habis dibeli oleh masyarakat yaitu masker, hand sanitizer, dan sembako.
Apalagi dengan adanya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), social distancing, dan diberlakukannya PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Masyarakat berusaha untuk tidak bepergian keluar rumah jika tidak penting dan tidak tau mesti sampai kapan, situasi seperti ini membuat masyarakat tertekan karena terlalu lama di rumah serta merasa kesepian atau terisolasi. Tak sedikit dari mereka yang juga tertekan karena kehilangan pekerjaan, kehilangan pekerjaan memang menekan emosi apalagi mengalaminya disaat keadaan seperti ini orang – orang lebih rentan tertekan secara emosional di kondisi saat ini. Masih banyak orang yang tidak bisa mengontrol ketakutannya terhadap Covid-19, mereka yang tidak bisa mengontrolnya justru lebih mudah diserang paranoia atau paranoid.
Tidak hanya orang dewasa saja, namun anak – anak dan remaja juga diserang kesehatan mentalnya. Diberlakukannya PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di bidang pendidikan bagi pelajar maupun pengajar, anak – anak yang biasanya belajar di sekolah dan mahasiswa yang biasanya belajar di kampus pun juga harus belajar di rumah guna meminimalisir penyebaran virus saat ini. Mungkin bagi orang tua, diberlakukannya PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) akan membuat anaknya aman dari virus, namun kesehatan mentalnya belum tentu aman, orang tua juga perlu memerhatikan kesehatan mental anaknya. Baik pengajar maupun pelajar merasa tertekan karena biasanya kegiatan belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, kini harus beradaptasi karena perubahan metode belajar menjadi e-learning. Perubahan ini meningkatkan stres karena mereka melakukan aktivitas seperti biasanya yang kemudian kebiasaan itupun berganti dan memaksa mereka untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Meskipun begitu, bukan berarti kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran tidak dapat disembuhkan. Kesehatan fisik memang penting namun kesehatan mental juga sama pentingnya, untuk menjaga kesehatan mental kita ada hal – hal yang perlu kita perhatikan seperti:
Pertama, bijak dalam menyaring informasi. Walaupun banyak informasi dan berita yang beredar tentang Covid-19, alangkah baiknya jika kita dapat menyaring informasi tersebut dahulu. Karena dengan adanya berita yang masih simpang siur bukan membuat tenang tetapi malah membuat semakin takut dan cemas. Pastikan informasi dan berita yang beredar dari sumber – sumber yang terpercaya, dengan begitu kita bisa memantau perkembangan berita dan dapat mengontrol ketakutan kita.
Kedua, olahraga. Tentu saja ini hal yang sangat dianjurkan meskipun kita tetap di rumah namun kita tetap harus berolahraga, bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental. Salah satu olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan mental adalah yoga. Gerakan yoga yang santai membuat pikiran menjadi tenang dan rileks. Yoga juga dapat membantu kita untuk mengontrol emosi dengan baik. Tidak usah melakukannya dengan lama, cukup satu jam sebanyak dua atau tiga kali seminggu, jika dapat membuat pikiran tenang maka ketakutan dan kecemasan serta stres pun akan berkurang seiring waktu.
Ketiga, istirahat yang cukup. Salah satu cara tubuh mengistirahatkan diri dari aktivitas adalah tidur. Istirahat yang cukup dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi segar kembali. Waktu tidur yang cukup sekitar 6 sampai 8 jam sehari, selain memberi ketenangan bagi tubuh, tidur juga akan memberikan ketenangan untuk pikiran kita.
Keempat, pola makan yang sehat. Seringkali kita tidak memerhatikan makanan yang kita makan dan waktu saat makan, makanan yang mengandung protein, vitamin, karbohidrat, dan serat bisa kita dapatkan melalui buah – buahan, sayuran, daging, dan susu. Memang benar makanan yang sehat akan menjaga kesehatan fisik namun juga dapat menjaga kesehatan mental. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pola makan yang sehat dan jangan sampai lupa waktu makan.
Kelima, komunikasi. Untuk mengurangi kecemasan yang ada, jika ada waktu luang sebaiknya digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga, saudara, ataupun teman. Meskipun di tengah pandemi seperti ini kita tetap dapat bertukar kabar melalui pesan teks, panggilan telepon, ataupun panggilan video. Dengan begitu kita bisa meredakan kecemasan yang dirasakan.
Keenam, membuat rutinitas. Selama pandemi mungkin bosan karena di dalam rumah saja, waktu yang tersedia juga bisa kita isi dengan melakukan kegiatan yang kita sukai seperti menonton film, membaca novel, belajar memasak, ataupun kegiatan lainnya. Melakukan aktivitas yang disukai meningkatkan suasana hati kita menjadi lebih baik dan mengalihkan pikiran kita dari kecemasan yang dirasakan.
Beberapa hal diatas dapat dilakukan guna menjaga kesehatan mental kita di tengah pandemi saat ini. Berbagai permasalahan kondisi psikologis memang bisa saja muncul di semua individu dan di semua golongan usia. Rasa takut, cemas, dan khawatir merupakan hal yang wajar kita rasakan selama pandemi seperti ini. Namun, cobalah untuk menjaga kesehatan mental kita tidak hanya saat pandemi tetapi juga untuk seterusnya. Walaupun dilaksanakannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), WFH (Work from Home) karena pandemi namun kita tetap harus menjaga kesehatan fisik serta mental kita dan tidak lupa untuk bahagia dengan berbagai cara. Jika kita tidak bisa mengatasi permasalahan psikologis sendiri dan membutuhkan pertolongan, alangkah baiknya jika kita tidak ragu untuk berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog. Semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat dunia kampus.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Posted by Dedi Purwana
Terima kasih.. Informasi sangat membantu
BalasHapusTerimakasih kembali ya��
HapusSangat memotivasi... Menarik... Terimakasih
BalasHapusTerimakasih kembali ya:)
HapusTerimakasih informasinyaa, menambah wawasan:))
BalasHapusTerimakasih kembali Renny:)
HapusSangat informatif, terimakasih😊
BalasHapusTerimakasih kembali Dhea:)
Hapusmenarik sekali
BalasHapusTerimakasih ya Shafira:)
HapusArtikel yang sangat bermanfaat 👍
BalasHapusTerimakasih Marwah:)
HapusBermanfaat sekali artikelnya
BalasHapusTerimakasih ya Farinta:)
HapusWow impressive👍
BalasHapusTerimakasih:)
Hapusartikel yang sangat bermanfaat karien👏🏻
BalasHapusTerimakasih ya Anandita:)
HapusArtikel yang menarik dan bermanfaat
BalasHapusTerimakasih Cindy, semoga bermanfaat:)
HapusMasyaaAllaah sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih yaa:)
HapusTerimakasi karena suda bisa menambah wawasan dr artikel ini
BalasHapusTerimakasih kembali ya:)
HapusArtikel nya sangat bermanfaat sekali untuk saya karena dapat menambah wawasan dan pengetahuan
BalasHapusTerimakasih kembali Putri:)
HapusTerima kasih atas artikelnya. Ini sangat membantu saya dalam menambah wawasan dan pengetahuan
BalasHapusTerimakasih kembali Irene:)
HapusTerima Kasih, artikel ini menambah wawasan dan pengetahuan saya 🙏
BalasHapusTerimakasih kembali ya:)
HapusArtikel yang sangat bermanfaat, terima kasih ya
BalasHapusTerimakasih kembali ya Shiva:)
Hapusartikel nya menarik sekali dan sangat berbermanfaat
BalasHapusTerimakasih ya Aini:)
HapusArtikel nya menarik
BalasHapusTerimakasih ya:)
Hapuswah terima kasih infonya sangat bermanfaat ��
BalasHapusTerimakasih kembali ya:)
Hapusterima kasih artikelnya :)
BalasHapusTerimakasih kembali ya:)
HapusTerima kasih artikelnya sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih kembali Shaqnuki:)
Hapusartikelnya sangat bermanfaat
BalasHapusTerimakasih ya Iis:)
HapusTerimakasih infonya bermanfaat
BalasHapusTerimakasih kembali ya Aisya:)
Hapuswih bagus nih artikelnya!
BalasHapusTerimakasih Khansa, semoga bermanfaat ya:)
HapusArtikelnya keren dan bermanfaat
BalasHapus