E-Commerce Bangkitkan Perekonomian Indonesia
Pandemi COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemi penyakit corona virus 2019 (COVID-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus pada sindrom pernapasan akut berat 2. Pada tanggal 2 Maret 2020 adalah kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang. Lalu pada tanggal 9 April, pandemi sudah menyebar ke berbagai provinsi seperti DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat sebagai provinsi paling terpapar virus corona di Indonesia.
Foto oleh olia danilevich dari Pexels
|
Pemerintahan menetapkan kebijakan dari segala bidang, pendidikan; diberlakukannya pembelajaran jarak jauh, serta bantuan berupa pembagian kuota. Dibidang ekonomi dan industri; work from home, dan sosial; melakukan karantina wilayah dengan melakukan lockdown.
Pada 6 Maret, pemerintah menerbitkan lima protokol utama yang berkaitan dengan COVID-19, yaitu protokol kesehatan, protokol komunikasi, protokol pengawasan perbatasan, protokol area institusi pendidikan, serta protokol area publik dan transportasi. Mulai tanggal 4 Maret, MRT Jakarta juga memindai suhu penumpang yang memasuki stasiun dan tidak memberikan akses pada orang-orang yang memiliki demam tinggi.
Di Indonesia, dampak yang sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup yaitu pada sektor ekonomi. Ekonomi indonesia mengalami keanjlokan pendapatan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistika) Indonesia dalam keadaan penurunan pertumbuhan ekonomi mencapai angka -5,3%. Karena cukup banyak industri dan usaha-usaha kecil (UMKM) ditutup yang disebabkan oleh pandemi dan mengharuskan untuk tidak ada perkumpulan beberapa orang. Lalu juga banyaknya pemutus kerjakan pada beberapa industri karena penurunan omzet pada perusahaan tersebut.
Namun pada era globalisasi dengan kemajuan teknologi dan informasi, kini dapat memberi banyak perubahan dan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan. Masyarakat cenderung lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang bersifat praktis, mudah, efisien, dan cepat. Di era digital saat ini semua orang bisa memanfaatkan telepon genggam mereka untuk mempermudah aktivitas-aktivitas mereka.
Covid-19 juga memberikan dampak yang sangat kasat mata. Beberapa sektor bisnis memang sangat terpukul, misalnya online travel, namun dari sana pula bisa dilihat bagaimana penyelenggara layanan digital mampu beradaptasi cepat. Ambil contoh, gerak cepat OTA menyelamatkan bisnis dengan gencar mempromosikan layanan transportasi domestik atau model liburan “staycation”. Sehingga tidak mengherankan dalam statistik e-Conomy platform OTA masih punya posisi signifikan.
Kendati tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa fase ekonomi digital Indonesia masih “early stage”, setidaknya fondasinya sudah terbentuk dengan baik. Mengamati kembali pada satu dekade ke belakang, bisnis e-commerce dan ride-hailing mampu menjadi lokomotif industri yang baik, mereka memperluas cakupan digital savvy di Indonesia – baik dari kalangan konsumer maupun UKM. Implikasinya berbagai model bisnis (digital) baru lebih cepat diterima.
Melalui perangkat komunikasi yang terhubung dengan internet, masyarakat dapat melakukan banyak hal dengan mudah, seperti berbelanja tanpa harus pergi ke toko, memesan tiket bioskop dengan aplikasi tanpa harus antre, memesan makanan lewat aplikasi tanpa harus pergi ke luar rumah, dan masih banyak lagi manfaat dari kemajuan teknologi dan informasi yang dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi setiap kebutuhan dan keinginannya.
Tingginya penggunaan internet di Indonesia sejalan dengan menjamurnya bisnis online di Indonesia atau biasa disebut e-commerce. E-Commerce adalah kegiatan jual beli barang/jasa atau transmisi dana/data melalui jaringan elektronik, terutama internet. Dengan perkembangan teknologi informasi dan software, hal ini membuat transaksi konvensional menjadi mungkin untuk dilakukan secara elektronik.
Di sisi lain, pandemi sebenarnya tengah mematangkan tingkat adopsi digital masyarakat. Keuntungannya bagi pemain digital mungkin bisa terlihat di kemudian hari. Saat lockdown masyarakat mulai membiasakan berbelanja, belajar, berkonsultasi kesehatan secara online, bisa jadi ini akan menjadi kebiasaan-kebiasaan baru yang bersifat seterusnya. Apalagi jika platform mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan baik, sehingga membawakan kesan yang lebih menyenangkan.
Pertumbuhan industri e-commerce tidak terlepas dari perilaku konsumen Indonesia yang menginginkan kecepatan dalam berbelanja dan sebagian besar konsumen Indonesia sudah mengerti cara menggunakan internet dan smartphone. Perilaku masyarakat yang mulai menggandrungi belanja online rupanya membawa keuntungan bagi beberapa pihak produsen di masyarakat antara lain menjual produk atau jasa secara online tanpa harus mendirikan toko sebagai tempat usaha sehingga mereka bisa memasarkan produk atau jasa kepada konsumen kapanpun dan di manapun.
Dari segi pemasaran, mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk promosi karena dengan menggunakan jaringan internet mereka bisa memasarkan produk atau jasa secara meluas ke masyarakat. Bagi konsumen sendiri, memiliki keuntungan berupa mempermudah proses pembelian beserta transaksinya yang dilakukan secara online.
Perkembangan bisnis e-commerce sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Perkembangan jumlah pelaku bisnis e-commerce, dalam hal ini bertindak sebagai produsen, berkontribusi mendorong penawaran produk dalam perdangangan online. Semakin banyak produsen e-commerce, semakin banyak barang dan jasa yang diperdagangkan secara online, sehingga semakin besar pula potensi transaksi yang akan terjadi.
Pengaruh e-commerce terhadap pertumbuhan ekonomi penjualan barang dan jasa secara online maupun konvensional memiliki implikasi serupa terhadap pertambahan PDB (Produk Domestik Bruto) yang merupakan indikator yang umum digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Salah satu bentuk e-commerce di Indonesia adalah online shop seperti Tokopedia, Buka Lapak, Lazada, Shopee, dan-lain-lain, yang merupakan aplikasi belanja online yang paling diigemari oleh masyarakat. Bank Indonesia bahkan menyebutkan pada tahun 2019, jumlah transaksi e-commerce per bulannya mencapai Rp11 triliun - Rp 13 triliun. Industri e-commerce mempunyai prospek yang cukup cerah dan bisa menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia.
Di samping data tersebut, potensi besar industri e-commerce di Indonesia juga dipengaruhi oleh gaya belanja online, terutama oleh generasi milenial. Menurut Indonesia Millennial Report 2019, milenial sangat suka mencari perbandingan harga, fitur, program promo dan kualitas produk di beberapa e-commerce sebelum memutuskan membeli sebuah barang. Para milenial juga tidak segan untuk merekomendasikan e-commerce atau toko online favorit mereka kepada teman-teman mereka.
Harapan bagi Saya dengan majunya teknologi dan banyaknya pengguna digital, Indonesia dapat bersaing secara sehat dan ekonomi di Indoneisa dapat meningkat bahka lebih dari sebelumnya dan semakin sejahtera rakyatnya. Dan semoga kesehatan Indonesia segera pulih bebas dari covid-19.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Jakarta
Posted by Dedi Purwana
Posting Komentar untuk "E-Commerce Bangkitkan Perekonomian Indonesia"