Investasi di Tengah Pandemi?
Oleh: Intan Cahyani*
Pada akhir tahun 2019, kita digemparkan dengan datangnya sebuah virus covid-19 yang digadang-gadang berasal dari Wuhan, China. Lalu di awal 2020, tepatnya pada bulan Maret, Indonesia dikabarkan bahwa telah terdapat 2 orang yang terinfeksi virus tersebut. Seiring berjalannya waktu, kasus positif covid-19 ini semakin meningkat. Akhirnya, pemerintah pun segera mengeluarkan kebijakan mengenai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diharapkan mampu untuk menekan angka kasus positif covid-19. Dengan adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini, beberapa kegiatan masyarakat pun hanya dapat dilakukan di rumah, seperti belajar, bermain, bekerja, dll. Namun, kebijakan PSBB ini justru menimbulkan beberapa permasalahan baru di berbagai bidang, seperti bidang kesehatan, pendidikan, perekonomian, dll. Bila dilihat dari segi perekonomian, Indonesia mulai mengalami beberapa penurunan pendapatan, bahkan hingga pada awal november lalu, pemerintah menyatakan bahwa Indonesia resmi resesi.
Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels
|
Pertama, Ketahui profil risiko. Hal yang pertama sebelum melakukan investasi adalah dengan mengetahui terlebih dahulu mengenai profil risiko diri sendiri untuk menentukan jenis instrumen investasi yang akan diambil. Profil risiko ini terdiri dari agresif, moderat, dan konservatif. Investor agresif adalah orang yang mau membeli produk investasi dengan risiko tinggi. Mereka cenderung tidak bermasalah dengan penurunan tajam imbal hasil (return) atau nilai investasi, asal memiliki potensi untuk mendapatkan return investasi tinggi. Selanjutnya, tipe moderat yakni orang yang mau mengambil sedikit risiko, tapi tidak terlalu besar. Biasanya, tipe ini ingin mendapatkan return yang lebih tinggi dibandingkan hanya bunga deposito dan masih bisa menerima penurunan nilai investasi, tapi tidak besar. Tipe konservatif adalah orang-orang yang tidak mau mengambil risiko dalam berinvestasi. Mereka mau menerima return kecil, asalkan nilai asetnya tidak turun.
Kedua, Memiliki aset likuid dan dana darurat. Selanjutnya, setiap investor dapat memiliki aset likuid, baik itu tipe investor agresif, moderat, ataupun konservatif. Karena resesi yang sedang dihadapi saat ini disebabkan oleh adanya pandemi covid-19, maka perekonomian cenderung mengalami ketidakpastian. Aset likuid sendiri adalah aset yang mudah dicairkan sewaktu-waktu tanpa tingkat kerugian (cut loss). Beberapa aset likuid itu meliputi tabungan, deposito, reksadana pasar uang, dan emas. Selain itu, bila kita ingin melakukan sebuah investasi, sebaiknya kita juga melakukan sebuah persiapan dana darurat yang mudah dicairkan sebelum berinvestasi yang nantinya akan sangat berguna pada saat terjadi kebutuhan mendesak. Untuk menyiasatinya, masyarakat bisa memilah sebagian pendapatannya untuk dana darurat dan sebagian lainnya untuk investasi.
Ketiga, Pilihan instrumen investasi. Instrumen investasi yang bisa dikatakan tepat saat resesi ekonomi adalah instrumen risiko rendah dan mudah dicairkan, yakni deposito. Namun, investor harus menyadari jika return deposito lebih rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya. Namun, jika seorang investor tipe moderat, maka bisa mencoba instrumen yang risikonya menengah tapi menawarkan imbal hasil lebih tinggi dari deposito, yakni surat utang (obligasi) ritel, surat utang syariah (sukuk) ritel, emas, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan emas. Sebaliknya, bagi investor dengan profil agresif, momentum resesi ekonomi ini bisa menjadi peluang untuk menambah portofolio risiko tinggi dengan imbal hasil lebih besar pula, seperti saham dan reksa dana saham. Alasannya, banyak saham yang memiliki kinerja bagus, selain itu, disaat keadaan krisis seperti ini, harga saham yang terdapat di pasar saham mengalami penurunan harga. Namun, ada beberapa catatan bagi investor dengan tipe agresif. Pertama, investasi pada saham dan reksa dana saham tersebut dilakukan untuk jangka panjang 2-3 tahun. Kedua, sebaiknya investasi pada saham dan reksa dana saham dilakukan secara bertahap setiap bulannya sembari memantau kondisi perekonomian. Investor tidak dianjurkan membeli portofolio saham dan reksa dana saham dalam jumlah jumbo sekaligus, kecuali sudah berpengalaman.
Keempat, Tata ulang portofolio investasi. Bagi investor yang sudah lebih dulu terjun pada dunia investasi, sebaiknya melakukan sebuah re-balancing atau menata ulang portofolio investasi nya terlebih dahulu. Investor ini bisa melakukan evaluasi performa investasi nya di tengah resesi ekonomi seperti ini. Adanya re-balancing ini bertujuan untuk mengurangi risiko kerugian pada aset-aset yang kinerjanya turun akibat pandemi covid-19 dan resesi ekonomi. Misalnya, seorang investor memiliki 75 persen investasi di pasar saham, dan 25 persen dalam bentuk tabungan serta logam mulai. Boleh saja, yang di pasar saham ini, untuk menghindari drop (kerugian) bisa rebalancing tadinya 75 persen jadi dikurangi 50 persen atau 30 persen, sisanya ke obligasi atau emas.
Kelima, Alokasi investasi. Kemudian yang terakhir ini, sebaiknya investasi dilakukan jika masyarakat sudah memiliki kemampuan untuk mencukupi kebutuhan primer nya atau kebutuhan sehari-hari nya. Apabila ada uang lebih dan masyarakat sudah memiliki dana darurat, maka idealnya investasi bisa dilakukan. Namun, mungkin untuk masyarakat yang belum bisa mencukupi kebutuhan primer nya, sebaiknya untuk lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan primer nya terlebih dahulu supaya tidak terjadi issue (masalah untuk kebutuhan primer). Jika kebutuhan primer sudah tercukupi dan masih ada dana lebih, maka dana tersebut bisa dialokasikan untuk dana darurat dan investasi. Misalnya, 10 persen dari pendapatan untuk dana darurat dan 10 persen untuk investasi.
Kondisi perekonomian di Indonesia yang sudah memasuki resesi ini memang tidak dapat dibantah lagi. Terlebih, kondisi pandemi covid-19 yang hingga saat ini masih belum rampung akan terus membuat perekonomian di Indonesia mengalami ketidakpastian. Maka dari itu, masyarakat Indonesia juga perlu membantu memperbaiki perekonomian agar perekonomian di Indonesi dapat bangkit kembali. Salah satu jalan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan sebuah investasi. Namun, untuk melakukan sebuah investasi pun juga perlu pertimbangan agar tidak salah langkah. Maka dari itu, perlu strategi-strategi yang harus diperhatikan sehingga dapat membawa keuntungan bagi diri sendiri juga bagi negara Indonesia.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Posted by Dedi Purwana
Keren banget materinya, semoga bermanfaat
BalasHapuswihh bagus sekali materinya, membuat saya ingin berinvestasi di masa pandemi
BalasHapusmaterinya keren!
BalasHapusKerennn
BalasHapuswah sangat bermanfaat materi nya
BalasHapusSebelumnya saya ingin berinvestasi di masa pandemi ini, tapi masih ragu karena tidak mengetahui langkah yang tepat, Setelah membaca materi ini saya menjadi termotivasi
BalasHapusTerima kasih intan, materinya bagus sekali dan pas dengan kondisi sekarang.
BalasHapus