Urgensi Kewirausahaan Akademik di Dunia Kampus
Perguruan tinggi (PT) di dunia sedang dilanda wabah kewirausahaan dalam bentuk mentransformasikan penciptaan teknologi baru hasil riset yang dilakukan kalangan akademisi sehingga menjadi engine pertumbuhan ekonomi sekaligus merupakan strategi diversifikasi sumber pembiayaan bagi perguruan tinggi tersebut. Ketika kemajuan ekonomi bergeser dari basis agrikultur ke teknologi, sangat penting bagi negara-negara untuk meraih dan mempertahankan the state of technological art melalui riset-riset yang dilakukan PT sekaligus pada saat yang sama penemuan teknologi baru tersebut diupayakan untuk menjadi bagian perkembangan industri.
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay |
Meskipun perusahaan-perusahaan multinasional lebih dikendalikan oleh bursa saham yang berorientasi pendapatan jangka pendek, investasi oleh perusahaan multinasional tersebut dalam basic research untuk jangka panjang mulai menurun. Mengingat biaya investasi dalam basic research berorientasi jangka panjang sangat besar, beberapa perusahaan menutup fasilitas laboratorium basic research, seperti Bell Labs, IBM dan Xerox Park atau mengkonversi fasilitas laboratoriumnya menjadi laboratorium yang berorientasi jangka menengah dan segera menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Kondisi demikian menimbulkan kesenjangan antara hasil-hasil temuan riset universitas dan investasi dalam mengembangkan temuan tersebut menjadi produk-produk baru dan memprosesnya. Kewirausahaan mulai mengatasi kesenjangan tersebut dengan memanfaatkan modal venture beresiko tinggi dan dalam kasus tertentu melengkapinya dengan bantuan pemerintah bagi usaha kecil, dalam menanamkan investasi bagi teknologi baru yang dikembangkan universitas. Peningkatan Hak Kekayaan Intelektual Universitas dan lisensi membuat venture-venture baru memproteksi dirinya dari kompetisi dengan perusahaan-perusahaan besar dikemudian hari melalui lisensi eksklusif dalam bentuk patent. Selanjutnya venture tersebut memasarkan produknya langsung ke pasar atau membentuk aliansi dengan perusahaan-perusahaan besar untuk mengembangkan dan memasarkan lebih lanjut teknologi baru tersebut. Proses kemunculan venture-venture bisnis universitas inilah yang kemudian disebut university spinoff.
Proses pengembangan kewirausahan di PT seperti layaknya rantai makanan (food chain). Dimulai dengan support pemerintah terhadap penelitian dasar di universitas, selanjutnya melakukan indentifikasi berbagai penemuan hasil riset untuk dilindungi dengan HaKI. Kemudian memasuki tahap lisensi teknologi, proses penjualan lisensi penemuan-penemuan ke pada perusahaan untuk dikembangkan lebih lanjut. Dalam kasus venture yang baru didirikan, bagian ini meliputi beberapa tahapan; melahirkan dan mengembangkan ide tentang perusahaan baru, komitmen dari para pendiri terhadap pembentukannya, identifikasi staf, pencarian modal dan negosiasi perjanjian lisensi dengan universitas.
Menempatkan semua perjanjian meruapakan hal yang komplek: di satu sisi perjanjian tersebut harus memberikan venture baru kecukupan resources untuk beroperasi dan memberikan insentif bagi para investor, sedangkan di satu sisi lainnya menyediakan universitas dengan a) jaminan bahwa kecukupan investasi disediakan bagi pengembangan teknologi tersebut; b) perlindungan terhadap liablity dan c) hasil investasi secara finansial. Tahapan rantai makanan dari pengembangan teknologi selanjutnya adalah mengidentifikasi platform teknologi terbaik. Tahapan berikutnya adalah memasarkan produk tersebut baik langsung atau melalui aliansi strategis dengan perusahaan-perusahaan besar. Rantai makanan tersebut kemudian mengulang kembali ke awal dengan konsekuensi positif dan negatif. Konsekuensi positif mencakup lebih banyak kerjasama dengan industri, meningkatkan kepuasan bagi kedua belah pihak dan pendidikan bagi dosen dan mahasiswa dalam kewirausahaan. Disisi lain universitas mengkhawatirkan distorsi bagi arah riset, konflik komitmen oleh dosen dan proses munculnya conflict of interest dari dosen.
Beberapa kajian tentang entrepreneurial university menunjukan bahwa aktifitas university spinoff memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Merangsang
pertumbuhan ekonomi daerah dimana entiti tersebut melakukan bisnisnya. Entiti menghasilkan produk-produk inovatif
yang memuaskan kebutuhan konsumen dan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan,
khususnya tenaga kerja terdidik.
2. Menghasilkan
nilai ekonomis secara signifikan. Nilai tambah ekonomi dari university spinoff
sebagaimana ditengarai oleh the Association of University Technology Managers
dari tahun 1980 sampai 1999 tercatat sebesar $ 33.5 billion.
3. Menciptakan
lapangan pekerjaan. Selain nilai tambah ekonomi, aktifitas spinoff menyerap
tenaga kerja sebanyak 280.000 atau rata-rata 83 pekerja per entiti.
4. Mendorong
investasi dalam teknologi universitas. Spinoff mendorong pihak swasta untuk
berinvestasi dalam pengembangan teknologi yang dihasilkan PT.
5. Meningkatkan
komersialisasi teknologi yang dikembangkan PT. Spinoff dapat meningkatkan sisi
komersil dari teknologi yang baru dikembangkan yang mungkin tidak menarik bagi
perusahaan yang sudah established untuk mengembangkannya lebih lanjut.
6. Merupakan
kendaraan komersial efektif bagi teknologi yang uncertain. Spinoff merupakan
wahana efektif bagi Produk teknologi yang tidakpasti dan masih tahap awal pengembangan yang mungkin belum bisa
dipatentkan sehingga perusahaan besar enggan untuk berinvestasi dalam
pengembangan produk tersebut.
7. Merupakan kendaraan efektif untuk mendorong
keterlibatan para inventor. Spinoff merupakan mekanisme efektif dalam
mempertahankan keterlibatan inventor/ para penemu dalam proses komersialisasi
teknologi, selain sebagai suatu kondisi yang diperlukan bagi pengembangan
produk dan jasa teknologi bagi universitas.
8. Membantu
universitas mewujudkan misi. Spinoff merupakan entiti yang sangat bernilai
dalam merealisasikan misi universitas dalam pengajaran dan penelitian.
9. Mendukung
penelitian lanjut. Spinoff dapat membuka peluang untuk penelitian-penelitian
lanjutan yang dilaksanakan universitas. Income yang dihasilkan entiti tersebut
dapat digunakan untuk membiaya kegiatan penelitian tersebut.
10. Menarik dan mempertahankan staf akademik.
Spinoff memberikan tambahan insentif di luar gaji sehingga akan menarik dan
mempertahankan staf akademik yang berprestasi.
11. Membantu melatih mahasiswa. Spinoff juga bisa berfungsi sebagai inkubator kewirausahaan mahasiswa yang memberika layanan pendidikan dan latihan dalam bisnis.
Dari sederetan kelebihan university spinoff sebagaimana digambarkan di atas, beberapa kendala yang perlu diperhatikan oleh universitas adalah: 1) biaya dan hambatan yang akan dihadapi dalam mengembangkan perusahaan spinoff; 2) Munculnya konflik of interest; 3) perubahan orientasi dan fokus universitas dari pengajaran; 4) mempengaruhi kajian keilmuan bagi para peneliti; 5) menghalangi diseminasi pengetahuan secara terbuka.
Para pengkritik university spinoff baik dari dalam maupun luar PT didasari kekhawatiran bahwa peran dan fungsi PT dalam bidang pengajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tereduksi dengan nilai-nilai pasar/ komersial. Pergeseran peran ini pada akhirnya akan menjadikan institusi pendidikan tinggi hanya sebagai ”tukang jahit” yang menerima berbagai pesanan/ order dari pihak lain sementara melupakan tanggungjawab moral secara akademik kepada publik. Kebebasan akademik akan terdikte oleh kemauan pasar.
Posting Komentar untuk "Urgensi Kewirausahaan Akademik di Dunia Kampus"