Efektifitas Struktur Organisasi Akademik di Dunia Kampus
Struktur perguruan tinggi sangat ditentukan oleh usia
perguruan tinggi dan perpaduan disiplin ilmu, lokasi, dan besar universitas
meliputi alumninya. Struktur perguruan
tinggi yang hanya memberikan perhatian pada satu bidang kajian pengajaran
berbeda dari struktur universitas yang terdiri atas beberapa Jurusan. Misalnya,
model organisasi yang berhasil pada universitas kecil yang terletak di dalam
kota, hanya mengelola bidang ilmu sosial, belum tentu struktur organisasi ini
sama berhasilnya bila diterapkan pada universitas yang mempunyai bidang kajian
Kedokteran, Sain dan Teknologi dengan jumlah mahasiswa besar. Dengan demikian,
struktur organisasi akademik di perguruan tinggi tidak dapat disamakan.
Gambar oleh OpenClipart-Vectors dari Pixabay |
Faktor Penting Dalam Organisasi Akademik
Umumnya pengaturan struktur organisasi perguruan tinggi
didasarkan oleh efisensi sumber daya fisik dan pendanaan. Banyak usaha yang
dilakukan untuk menyusun struktur organisasi perguruan tinggi dengan
pertimbangan agar tercapai efektifitas di dalam penyelenggaraan kegiatan dan
pembiayaan. Ada struktur organisasi universitas yang memberikan penyelenggaraan
akademik dan pengelolaan keuangan pada fakultas, ada pula struktur organisasi
yang menerapkan pemberian wewenang dalam pelaksanaan aktivitas pada fakultas
sedangkan pengelolaan keuangan masih berada di universitas sesuai dengan
permintaan kebutuhan fakultas. Struktur organisasi perguruan tinggi dapat
berubah sesuai dengan perkembangannya. Ada baiknya apabila meniru struktur
organisasi universitas yang berhasil dengan pertimbangan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan.
Struktur organisasi universitas bervariasi sesuai dengan
jumlah Jurusan dan Fakultas yang dikelolanya. Umumnya universitas besar yang
efisien terdiri atas beberapa fakultas dan dikelompokkan berdasarkan bidang
kajian utama. Pengelompokan berdasarkan kajian utama tersebut bertujuan untuk
memudahkan di dalam penggunaan sumberdaya fisik dan sumberdaya manusia seperti
bidang keahlian yang sulit didapatkan. Pengelompokan juga bertujuan untuk
efisiensi di dalam penempatan, penggunaan dan perawatan peralatan bersama yang
harganya tergolong mahal dan biaya pengoperasiannya sangat tinggi.
Ada universitas yang berhasil dengan cara mengubah
struktur organisasi melalui penggabungan beberapa Jurusan di dalam satu
Fakultas sehingga jumlah fakultas menjadi terbatas, misalnya Fakultas Sain,
Fakultas Teknologi dan Fakultas Ilmu Sosial. Fakultas Sain membawahi bidang
kajian sain seperti Kedokteran, Farmasi, Pertanian, Peternakan, Perikanan,
Lingkungan, Biologi, Kimia, Fisika, Matematika, Geografi, dll. Fakultas Teknologi membawahi bidang-bidang
teknologi seperti bidang Teknik, Elektronik, Industri, Informatika, Antariksa,
dll. Sedangkan Fakultas Ilmu Sosial membawahi beberapa bidang kajian Ekonomi,
Politik, Budaya, Filsafat, Pendidikan, Agama, dll. Akan tetapi di beberapa
universitas pengaturan struktur organisasi berdasarkan efisiensi bukan menjadi
target karena lebih berorientasi pada efektifitas pelaksanaan pembelajaran,
sehingga satu universitas bisa memiliki banyak fakultas walaupun jumlah
mahasiswanya tidak tergolong banyak.
Kecenderungan untuk membuat struktur organisasi dengan
banyak fakultas berdasarkan disiplin ilmu mempunyai alasan bahwa disiplin ilmu
yang berbeda membutuhkan tipe pimpinan (Dekan) yang berbeda, karena akan
berhubungan dengan strategi pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan
pengalamannya di dalam bidangnya, dan juga memberikan wibawa pada pemimpin
karena akan ada penghormatan dari bawahan terhadap pimpinan yang mempunyai
latarbelakang akademik sejenis, karena pemimpin yang dipilih tersebut telah
mendapat pengakuan memiliki kelebihan dalam bidang kemampuan akademik,
penelitian, komunikasi dan manajemen.
Becher dan Trowler mengadakan penelitian terhadap
beberapa tipe kepemimpinan berdasarkan disiplin ilmu dan mengelompokkannya
menjadi 4 kategori penampilan pemimpin, yaitu: Keras, Lembut, Murni dan
Terapan. Kepemimpinan pada Bidang Sain murni dikategorikan sebagai tipe
“Murni-Lembut”, kepemimpinan untuk Bidang ilmu Kemanusiaan dan Ilmu Sosial
Murni dikategorikan sebagai tipe “Keras-Murni”, sementara kepemimpinan pada
bidang ilmu Teknologi dikategorikan sebagai tipe “Keras-Terapan”, sedangkan
kepemimpinan pada bidang Ilmu Sosial Aplikasi dikategorikan sebagai tipe
“Lembut-Terapan”. (Becher dan Trowler, 2001). Tidak sulit untuk mensejajarkan profil
ini dengan tipe organisasi akademik: fakultas yang membidangi ilmu Sain Murni
dan Teknologi cenderung menganut sistem singkat dan menyerupai bisnis,
berkeinginan untuk “langsung bekerja” dan memberikan otoritas penuh kepada
dekan dalam memberikan keputusan, sedangkan fakultas dengan bidang ilmu Sosial
cenderung tidak bertalian satu dengan yang lain, tidak mempunyai keinginan untuk memberikan otoritas penuh pada
dekan dalam pengelolaan, dan enggan menerima kebijakan yang diberikan oleh
pimpinan tertinggi sebelum terlebih dahulu mendiskusikan dan mempertanyakannya,
dan selalu ada kecenderungan menentang status
quo.
Penilaian Terhadap Efektifitas Struktur Organisasi
Akademik
Satu kesulitan di dalam menilai perubahan efektifitas
struktur orgnisasi di perguruan tinggi adalah adanya sifat random sebagai
penyebab perubahan dan adanya asumsi bahwa perubahan dalam bentuk pengambilan
keputusan adalah dasar utama untuk meningkatkan pengelolaan. Di beberapa
universitas, perubahan dalam bentuk organisasi dilakukan bukan dengan cara
mengganti bentuk organisasi, tetapi hanya mengikuti arah perubahan bentuk
organisasi yang sudah dibuat sebelumnya. Ada universitas yang menganut struktur
tradisional dengan memberi wewenang pada unit-unit lebih kecil dan
bertanggungjawab langsung kepada Pembantu Rektor, unit ini dapat berupa
Fakultas yang dipimpin oleh Dekan, dan pada Fakultas bergabung beberapa
Jurusan, tetapi dalam prakteknya Fakultas memberikan wewenang pada Jurusan
untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana Jurusan. Dengan sistem ini,
akan terjadi kebijakan bertingkat, birokrasi berlapis, komunikasi dan garis
komando yang panjang. Bila Pembantu Rektor menilai telah terdapat kelemahan di
dalam penyelenggaraan kegiatan di Jurusan maka perubahan baru dapat dilakukan setelah
melakukan negosiasi melalui Dekan dan selanjutnya dikomunikasikan kepada Ketua
Jurusan. Rantai komando seperti ini dianggap terlalu panjang dan terlalu banyak
birokrasi, sistem ini cenderung melindungi kebijkan yang sudah ditetapkan di
Jurusan. Ada beberapa keuntungan dalam sistem ini terutama apabila didukung
oleh kemapuan Dekan menjabarkan instruksi Pembantu Rektor menjadi operasional
sehingga masing-masing Jurusan mengimplementasikan kebijakan yang sama dengan
benar. Akan tetapi ada kesan bahwa waktu untuk mendapatkan instruksi tersebut
agak lama dibanding bila instruksi Pembantu Rektor langsung diterima Ketua
Jurusan.
Model lain di universitas adalah struktur organisasi
terdiri atas beberapa Fakultas tetapi mempunyai Komite Fakultas untuk mengatur
rencana dan kegiatan universitas di unit-unit yang lebih kecil. Semua
pengaturan dan pendistribusian sumberdaya fisik dan dana dilakukan berdasarkan
keputusan yang ditetapkan Komite Fakultas. Keputusan penting yang dilakukan
Komite Fakultas adalah membuat kebijakan pendistribusian sumberdaya langsung ke
Jurusan, sehingga akan mengurangi peran Dekan, dan fungsi Fakultas terkesan
menjadi tidak ada di dalam pengelolaan. Dari hasil diketahui bahwa tidak ada
perubahan yang dibuat untuk mengembangkan struktur organisasi karena Fakultas
masih tetap bertanggung jawab pada pelaksanaan administrasi kemahasiswaan, dan
tugas Komite Fakultas tetap seperti yang disepakati sebelumnya. Ternyata
struktur yang demikian tidak memberikan manfaat terhadap efektifitas kegiatan di
Fakultas. Sementara itu, administrasi yang terdapat di universitas harus
diperluas tugasnya untuk melayani setiap aktivitas yang ada di Fakultas.
Setelah beberapa tahun kemudian disadari bahwa universitas telah melakukan
proses pemindahkan pusat pelayanan, yaitu dari Fakultas menjadi pelayanan
universitas. Pengalihan alokasi sumberdaya langsung ke Jurusan akan mengubah
fungsi dan tanggungjawab fakultas sehingga fakultas tidak berfungsi dan
mengakibatkan biaya tinggi di dalam pengelolaan. Setelah menyadari adanya
pengurangan dalam sumberdaya, akhirnya senat universitas mengambil keputusan
untuk menghilangkan sistem administrasi yang dianggap tidak perlu dan dapat
menghemat biaya dalam bidang administrasi.
Dua sistem yang disebutkan di atas menggambarkan adanya pengaruh yang besar terhadap efektifitas perubahan struktur organisasi universitas, yang mungkin dianggap akan dapat menyelesaikan satu masalah akan tetapi akan menimbulkan masalah lain. Pada kasus universitas yang pertama, struktur organisasi membuat semakin lebarnya gap antara pusat dengan Jurusan sehingga dapat menimbulkan situasi dimana universitas menjadi lebih sulit untuk memberikan respon terhadap tekanan dari luar, sehingga setiap rencana untuk perubahan dapat terhambat di tingkat atas atau di tingkat bawah. Pada struktur universitas kedua, keinginan untuk menggambarkan alokasi sumberdaya dan dana secara langsung ke Jurusan tanpa melihat kenyataan bahwa akibat perubahan organisasi akan berdampak nyata terhadap aktivitas di Fakultas. Dengan demikian, setiap melakukan pengaturan terhadap organisasi universitas harus penuh pertimbangan, baik dalam efektifitas pengelolaan maupun dalam pendanaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Posting Komentar untuk "Efektifitas Struktur Organisasi Akademik di Dunia Kampus"