Membangun Pemimpin Masa Depan Dari Dunia Kampus
Setelah kita mencermati karakteristik masa depan yang melingkupi dunia sosial kita, maka kemudian kita dapat mengajukan sebuah pertanyaan problematik yakni calon pemimpin yang bagaimana yang harus kita persiapkan? Pertanyaan ini saya katakan problematik, karena kita tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan sebuah model kepemimpinan yang tunggal. Kita baru dapat memberikan jawaban yang lebih terang apabila kita dapat menelusuri berbagai model kepemimpinan yang kompatibel dengan situasi dan perubahan dinamis masyarakat kita. Dengan kata lain, harus ada terlebih dulu pemahaman terhadap perubahan lingkungan strategis setelah melihat ‘payung besar’ keadaan di sekeliling kita.
Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay |
Kalau kita refleksikan dengan jujur, perubahan lingkungan tidak lagi menuntut pengelolaan kepemimpinan terlalu besar atau terlalu berat kepada pendekatan formal. Pendekatan-pendekatan formal akan klop kalau ditujukan untuk membangun tata kelola yang bersifat birokratif. Tata kelola birokratif hanya akan berfungsi efektif pada ciri pengelolaan pemerintahan, dimana unsur hubungan atasan-bawahan menjadi sangat rigit dan hierarkhis. Dengan kata lain, model pengelolaan formal di dalam kehidupan masyarakat (mahasiswa) yang lebih berat kepada ‘managerial’ sudah tidak memadai lagi. Yang kemudian diperlukan adalah membangun kehidupan kepemimpinan yang lebih bersifat partisipatif, tranformatif serta interpersonal. Kepemimpinan semacam itu – yang mempunyai ciri partisipatif, transformatif, interpersonal—yang dapat menumbuhkan sikap-sikap kreatif, soliditas, kolegialitas. Sikap-sikap seperti ini, menurut hemat saya, paling kompatibel dengan karakteristik masa depan, sekaligus juga klop dengan institusi kita sebagai sebuah lembaga pendidikan (peradaban).
Oleh
sebab itu, membangun pemimpin masa depan adalah juga berarti memberikan
penguatan terhadap kreatifitas orang, membangun sikap kohesif, mengeleminir
sikap adhesif, menumbuhkan esprit de-corp, sehingga semua elemen kehidupan
masyarakat (kampus) dapat memberi partisipasi secara maksimal.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat transaksional, yang lebih bertumpu pada
orientasi politik masyarakat (mahasiswa) baru boleh dilakukan apabila model
kepemimpinan di atas telah berjalan dengan normal, wajar. Tanpa pemahaman yang
benar terhadap model kepemimpinan seperti di atas akan terjadi degadrasi
kegiatan, karena banyak orang yang merasa tidak terlibat di dalam aktivitas. Orang-orang
merasa tidak memiliki kegiatan itu, sehingga mereka itu kurang mau terlibat.
Ada
beberapa analisis yang bisa membantu kita untuk ‘membangun pemimpin masa depan’.
Diantara analisis itu, saya ingin memulainya dengan menyatakan bahwa pemimpin
masa depan itu harus mempunyai kemampuan untuk memahami ‘agreement about goals
or objevtive’. Ia harus memiliki kemampuan menguasai visi lembaga sehingga ia
menjadi ‘vision leaders’ Pemimpin yang mempunyai karakteristik seperti ini adalah
mereka yang memahami tren masa depan, karena visi lembaga sudah menjadi visi
dirinya. Apa yang menjadi cita-cita lembaga adalah menjadi prilaku dirinya. Apa
yang dirumuskan oleh lembaga menjadi bangunan etika sosial kehidupan dirinya.
Etos pemimpin itu sebagai refleksi dari pemahaman menyeluruh terhadap cita-cita
masa depan.
Di
samping kemampuan seperti di atas, pemimpin masa depan juga harus dilengkapi
oleh pengalaman di dalam aktivitas pengelolaan. Mutu pengalaman memberikan
landasan yang kukuh bagi setiap pemimpin untuk dapat bertindak, dapat ‘memerintah’.
Banyak sekali kegagalam kepemimpinan disebabkan oleh ketidakmampuan orang untuk
‘memerintah’ walaupun otoritas untuk itu telah diberikan. Salah satu unsur
pokok agar seorang pemimpin dapat memerintah adalah dimilikinya kemampuan untuk
dapat bertindak fleksibel, menguasai berbagai ‘keahlian’ yang bersifat ‘multi
muka’, sehingga ia mampu memberikan respons antisipatif terhadap tuntutan
masyarakat.
Ada
satu pertanyaan dapat kita ajukan pada kesempatan ini, yakni kompetensi apa
yang semestinya dikuasi oleh seorang pemimpin di dalam situasi yang sedang
berubah dan mengglobal seperti sekarang ini? Menurut hemat saya, seorang
pemimpin, diera sekarang ini, harus mempunyai ketajaman analitik dan
penglihatan terhadap karakteristik masyarakat global. Ada begitu banyak
tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin agar ia dapat mengelola kepemimpinannya
secara sukses. Diantara tuntutan itu, misalnya, berupa keharusan seorang
pemimpin tergabung dengan apa yang saya sebut sebagai ‘extensive network’. Ia
harus menjadi bagian dari jaringan luas kegiatan-kegiatan produktif yang sesuai
dengan fokus pekerjaannya. Jika ia bekerja di lembaga pendidikan seperti
universitas, maka ia harus mempunyai ‘extensive network’ di dalam pergaulan
tradisi lembaga pendidikan tinggi, serta aktivitas masyarakat intelektual.
Itu
sebabnya, yang diperlukan kemudian adalah bagaimana kita membangun pemimpin
masa depan tersebut dengan mengembangkan budaya internal yang sedang dan telah
berkembang di dalam lembaga kita, sembari ‘mendidik’ para calon pemimpin,
pemimpin untuk dapat memahami dengan jelas, jernih serta menguasai segala yang
menjadi ‘institutional business protocols’ dari lembaga itu. Kompetensi ini
akan membawa para pemimpin kedalam pergaulan yang saling mengetahui apa yang
menjadi kekuatan, kelemahan, serta berbagai ‘unsur lembaga’ yang dapat
dinegosiasikan sebagai upaya dalam pemanfaatan sumberdaya bersama.
Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa kompetensi seorang pemimpin masa depan dapat
kita rumuskan dalam (1) mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang komprehensif
tentang lingkungan dimana mereka beraktivitas, memahami dan memiliki
keterampilan dalam tata kelola keuangan, paham tentang apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus dilayani, mempunyai kesadaran tentang apa yang
menjadi ‘core business’nya. (2) Mempunyai prilaku mental dan emosional yang
‘matang’. Dalam arti ini, seorang pemimpin masa depan harus mampu bersikap
‘self assurance’, energi dan pikiran serta atusiasmenya difokuskan kepada semua
hal yang menjadi tanggungjawab dirinya. Kemampuan dirinya harus
diaktualisasikan secara autentik. (3) mempunyai kesadaran global untuk
menyiapkan dirinya dan institusinya agar dapat beradaptasi dengan kultur,
politik, sosial dan ekonomi global. Kesadaran semacam ini akan tampak pada
penguasaan keterampilan berkomunikasi, kemampuan seorang pemimpin di dalam
memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang lain, kemampuan mengelola
sumberdaya manusia, membangun jaringan serta mengembangkan jaringan tersebut,
sehingga jaringan itu dapat terintegrasi dengan jaringan dunia.
Strategi Pengembangan
Jika
kita melihat dengan seksama berbagai kriteria pemimpin, persyaratan yang harus
dimiliki, dan perubahan lingkungan yang dinamis, maka kita dihadapkan kepada
berbagai pilihan strategi pengembangan kegiatan kemahasiswaan untuk membangun
pemimpin masa depan. Salah satu strategi
yang dapat kita kembangkan adalah pemetaan kembali berbagai bentuk dan model
kegiatan mahasiswa yang selama ini telah kita terapkan. Strategi yang meletakan
mahasiswa sebagai ‘orang lain’, ‘di luar kita’, dipandang sebagai ‘mereka’,
harus kita ubah. Kemudian kita harus meletakan, mendudukan mahasiswa menjadi
‘orang kita’, ‘di dalam’, serta diposisikan sebagai ‘kolega’. Itu sebabnya, diera
perubahan seperti ini agak absurd bila kita masih menggunakan pendekatan
atasan-bawahan (patron-clint), pendekatan ‘mereka’, bukan ‘kita’.
Melihat
karakteristik masa depan seperti saya uraikan di atas, maka berat (heavy) pengembangan
kegiatan mahasiswa seyogyalah bergeser kepada aras kemampuan ‘competitiveness’.
Dengan demikian, yang harus kita perkuat adalah aspek-aspek intelektual dan
keterampilan. Nilai ‘competitiveness’ seseorang baru akan tumbuh apabila,
secara intelektual, ia dapat ‘dikukuhkan’, diakui dengan kualifikasi yang sejajar
dengan orang yang menjadi kompetitor. Secara keterampilan juga mereka dibekali
dengan standar-standar minimal, yang memungkinkan dirinya mengembangkan semua
potensi, bakat serta minatnya. Jika hal ini menjadi indikator kompetitif, maka
strategi yang dikembangkan adalah mendorong tumbuh dan berkembangnya aktivitas
intelektual dikalangan mahasiswa. Budaya intelektual hanya dapat berkembang bila
kegiatan-kegiatan seperti tutorial, kolokium, diskusi, lokakarya, seminar,
stadium general, penulisan, penelitian dapat disemai secara intensif. Para
pengelola kemahasiswaan, secara sadar, harus memberi peluang yang besar
tumbuhnya sikap-sikap kritis-bertanggung jawab, kreatif, mampu mempertanyakan
segala sesuatu berdasarkan keinginan untuk memperoleh ‘yang terbaik’.
‘Sesuatu
yang terbaik’ tidak mungkin dapat dicapai bila seorang pemimpin tidak memiliki
strategi yang memadai. Syarat pemilikan strategi itu adalah adanya talenta yang
baik dan terencananya pengembangan talenta yang baik tersebut. Oleh sebab
itulah, fokus yang harus kita perhatikan adalah mengembangkan talenta itu,
karena fungsi seorang pemimpin, diantaranya, adalah memproduksi pemimpin-pemimpin
lagi, bukan memproduksi lebih banyak pengikut. Pemimpin yang sukses di masa
depan adalah mereka yang memahami bahwa pengembangan talenta merupakan salah
satu prioritas kunci, agar para calon pemimpin itu dapat mengembangkan karirnya
secara terus menerus.
Kata
‘talenta’ menjadi sangat penting dan strategis, karena dalam kata ini termuat
daya pemahaman terhadap apa yang menjadi ‘business’ utama dari setiap calon dan
pemimpin. Talenta akan meletakan orang pada keseimbangan antara cara berpikir
seseorang dengan cara bertindak yang dilakukan oleh orang itu, dengan cara
berkomunikasi yang dikemukakan oleh orang itu. Strategi pengembangan talenta
seperti itu akan membawa orang menjadi ‘hidup dalam harmoni’. Pemimpin yang
dapat mengembangkan situasi dan kondisi harmoni, baik harmoni antara cita-cita,
idealisme, harapan, maupun harmoni yang berkait dengan prilaku, praktek
kepemimpinan, pengambilan keputusan, atau pelaksanaan otoritas, akan
menyebabkan kepemimpinan itu berada di dalam tingkat yang produktif, kelegial,
menyenangkan. Mahatma Gandhi melukiskan situasi menyenangkan itu sebagai
berikut : “happiness is when what you think, what you say, and what you do are
in harmony”.
Seri Tulisan Gagasan
& Pemikiran Muchlis R. Luddin (1960 – 2021)
Posting Komentar untuk "Membangun Pemimpin Masa Depan Dari Dunia Kampus"